Makalah Tentang Kuda Laut (Hippocampus spp)
I. PENDAHULUAN
Vertebrata (hewan bertulang belakang) adalah salah satu di antara 3 filum Chordata. Dalam filum chordata terdapat manusia (bersama dengan ikan, katak, ular, burung dan mamalia lainnya). Secara Filogeni munculnya vertebrata dirunut dari Chordata. Karakteristik utama Chordata adalah adanya notochord (chorda dorsalis) berupa struktur batang fleksibel memanjang dari bagian anterior sampai posterior tubuh yang menggambarkan skeleton aksiale primitive, nervecord, celah insang faringeal pada masa perkembangan embrionik. Chordata tingkat tinggi adalah memiliki jantung di bagian ventral tubuh, sistema portae hepatic, korpuskula darah merah, ada ekor di bagian anal. Vertebrata masih mempertahankan karakteristik Chordata primitive tetapi memiliki spesialisasi tambahan.
Osteichthyes atau disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang merupakan subfilum dari Pisces. Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon berati tulang, ichthyes berarti ikan.
Di antara semua kelas vertebrata, ikan bertulang keras (Kelas Osteichthyes) adalah yang paling banyak jumlahnya, baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah spesies (sekitar 30.000). Berukuran antara 1 cm hingga lebih dari 6 m, ikan bertulang keras sangat melimpah di laut dan di hampir setiap habitat air tawar.
Semua jenis ikan termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar), jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. Jantung beruang dua, darah berwarna pucat, mengandung eritrosit berinti dan leukosit. Ikan kelas Osteichthyes juga mempunyai sistem limfa serta sistem porta renalis. Mempunyai hati berkantong empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas. Terdapat gelembung renang. Mempunyai gurat sisi, indra mata, telinga dalam dengan tiga saluran semisirkuler. Memiliki otolit untuk keseimbangan. Bernapas dengan insang yang memiliki tutup insang (operkulum).
Pada makalah ini akan dibahas Kuda Laut (Hippocampus spp) yang termasuk dalam kelas Osteichthyessubfilum Pisces.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana klasifikasi ilmiah Kuda Laut itu?
B. Bagaimana bentuk morfologi dan anatomi Kuda Laut itu?
C. Apa peranan Kuda Laut itu?
III. PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Ilmiah Kuda Laut
Klasifikasi ilmiah kuda laut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Gasterosteiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus spp
B. Bentuk Morfologi dan Anatomi Kuda Laut
Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kuda laut
Morfologi dari kuda laut sangat unik, bahkan dapat dikatakan menyimpang dari bentuk ikan-ikan pada umumnya. Namun menurut Thayib (1977), meski bentuk tubuhnya menyimpang dari bentuk ikan pada umumnya tapi ia dilengkapi oleh organ-organ yang identik dengan organ-organ ikan.
Tubuh kuda laut bersegmen dan mempunyai satu sirip punggung, insang membuka sangat kecil. Dilengkapi sepasang sirip dada (pectoralfin), satu sirip dubur (analfin) sangat kecil, sirip perut dan sirip ekor tidak ada (Nelson 1976, Weber & Beaufort 1922, Burton & Maurice 1983, Vincent 1998). Kuda laut memiliki baju disebut baju zirah atau "baju besi" berfungsi sebagai pelindung bahaya. Baju zirah tersebut sangat keras seperti batu, bahkan tidak dapat dihancurkan hanya dengan tangan manusia. Meskipun termasuk dalam jenis ikan, cara berenang kuda laut berbeda dengan cara berenang ikan pada umumnya. Kuda laut sendiri berenang dalam posisi tubuh tegak. Mereka dapat menganggukkan kepala keatas dan kebawah. Mata kuda laut sangat unik. Ia bisa meilihat dua buah benda berbeda pada waktu bersamaan. Matanya juga dapat bergerak dengan bebas, berputar-putar mengamati setiap sisi sehingga mereka dapat melihat sekelilingnya dengan mudah, tanpa harus menggerakkan kepalnya ke kiri ke kanan.
Kuda laut termasuk ke dalam jenis ikan yang memiliki penampilan khusus (berbeda dengan jenis ikan lannya). Kepala kuda laut berbentuk segitiga menyerupai kuda, mulutnya panjang dan runcing membentuk sudut 90˚ dari badannya, ekornya panjang merincing di bagian ujung. Ekornya berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya pada suatu substrat seperti rumpul laut, terumbu karang, atau benda-benda lain yang ada di lingkungan. Ukuran kuda laut berkisar antara 1,5 inci hingga 14 inci. Bagian tubuh kuda laut tertutup oleh keping tulang berlapis-lapis menyerupai perisai. Jenis kelamin kuda laut dapat dibedakan dari dua hal, yaitu ukuran tubuh dan kantung telur. Ukuran kuda laut jantan lebih besar daripada betina. Selain itu, kuda laut jantan memiliki kantung telur di bagian bawah perut. Fungsi kantung telur itu adalah untuk mengasuh anak-anaknya. Hingga saat ini terdapat 25 spesies kuda laut tersebar merata di seluruh dunia.
1. Kemampuan Berkamuflase
Kuda laut terkenal dengan kemampuan kamuflasenya sangat hebat, yaitu dengan cara mengubah corak tubuhnya sesuai dengan lingkungan sekitarnya atau menumbuhkan filamen-filamen di sekujur tubuhnya sehingga tampak menyerupai tumbuhan laut. Kamuflase dilakukan dalam rangka menghindari predator, mengelabui mangsa selama aktivitas perkawinan.
Sebagain besar kuda laut mempunyai warna kecoklat-coklatan alami, warna campuran abu-abu dan coklat atau bahkan warna hitam agar sesuai dengan lingkungannya. Ada juga beberapa jenis dapat membuat diri mereka menjadi oranye berpendar hingga ungu pekat (Hidayat dan Silfester, 1998). Walaupun memiliki banyak warna, namun beberapa spesiesnya berwarna sebagian transparan, sehingga tidak mudah dilihat. Perbedaan jensi-jenis kuda laut paling menonjol adalah terdapatnya duri-duri atau tulang yang muncul pada setiap cincin (ring) di tubuh serta mahkotanya, perbedaan lainnya adalah bentuk badannya ada yang langsing dan lebih panjang, ada juga yang lebih gemuk.
2. Reproduksi Kuda Laut
Makhluk hidup dapat menjaga kelanjutan generasinya melalui sistem reproduksi berfungsi secara sempurna. Selain memiliki system reproduksi, hewan juga memiliki naluri khusus membuat proses produksi menjadi suatu hal penting dan menarik untuk dilakukan. Salah satu hewan yang memiliki proses reproduksi cukup menarik adalah kuda laut, karena pemeliharaan telur dan anak-anaknya diserahkan kepada individu jantan (paternal).
Sebagian besar kuda laut memiliki musim kawin sepanjang tahun. Biasanya mereka kawin pada pagi atau sore hari. Ada beberapa spesies memiliki musim kawin antara bulan Agustus hingga Oktober. Ada pula spesies musim kawinnya pada saat bulan purnama.
Kuda laut merupakan hewan bereproduksi secara eksternal. Pada musim reproduksi, kuda laut jantan dengan kantung telur kosong siap melakukan pemijahan. Biasanya kuda laut akan mencari tempat di dekat rerumputan untuk melakukan perkawinan.
Gambar 4. Kuda laut betina memasukkan sirip dubur ke kantung telur jantan
Kuda laut jantan betina menggunakan ekornya untuk menggapai pasangan dalam pemijahan. Proses pemijahan diawali dengan masuknya sirip dubur kuda laut betina ke dalam kantong kuda laut jantan. Selanjutnya telur kuda laut betina disemprotkan ke dalam kantung telur (brood pouch) untuk selanjutnya dibuahi oleh kuda laut jantan. Masa pemijahan kuda laut dapat berlangsung sepanjang tahun, tergantung pada kondisi air, terutama temperatur. Dalam kondisi optimal, pemijahan dapat terjadi hingga empat kali dalam setahun.
Kuda laut jantan mengalami kehamilan selama 2-3 minggu. Dalam sekali fertilisasi bisa terdapat sekitar 50-1500 anak kuda laut berkembang di dalam kantung telur jantan. Di dalam kantung telur jantan terdapat pembuluh kapiler berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen kepada anak-anak kuda laut. Pada saat jantan siap melahirkan, kantung telurnya memanjang, berbentuk seperti elips. Kemudian terjadi tegangan otot dan kantung telur mulai bergerak ke depan ke belakang, baru kemudian anak kuda laut lahir.
Bayi-bayi tersebut tidak keluar secara langsung, namun dibutuhkan waktu beberapa jam, bahkan beberapa hari hingga semua bayi dalam kantung telur dikeluarkan. Setelah melahirkan ada beberapa kuda laut jantan mengalami kematian akibat adanya pembusukan sisa bayi yang tidak berhasil dikeluarkan (mati) di dalam kantung. Bayi-bayinya sudah lebih dulu mati karena terlalu lama menunggu antrian untuk keluar. Bangkainya tentu saja mengundang infeksi bakteri yang dapat membuat kuda laut jantan meninggal. Untuk kuda laut jantan yang berhasil hidup, kantung telurnya akan kembali ke ukuran semula setelah melahirkan dan kemudian siap untuk kawin kembali.
Ukuran bayi-nayi kuda laut baru lahir sekitar beberapa milimeter. Bantuknya sudah menyerupai kula laut dewasa. Mereka akan segera menjelajah lingkungan hidupnya begitu keluar dari kantung telur. Setelah 4 bulan, ukurannya akan bertambah menjadi 2.5 inchi. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kemampuannya mencari makan.
Kuda laut termasuk hewan monogami, yaitu hanya memiliki satu pasangan saja seumur hidupnya. Apabila pasangannya mati, tertangkap, atau hilang, maka pasangan yang tertinggal akan lebih memilih hidup sendiri, atau apabila memutuskan untuk memiliki pasangan baru akan menunggu setelah jangka waktu sangat lama.
3. Pencernaan Kuda Laut
Kuda laut termasuk hewan planktivor dan piscivor, memakan segala jenis hewan mulai dari kelompok crustasea hingga larva ikan. Kuda laut mempunyai pandangan ganda (binocular vision). Menggunakan matanya untuk mencari mangsa. Kuda laut adalah pemangsa pasif yaitu menunggu makanan lewat dan menyerang mangsanya dengan cara menghisap ke moncongnya. Kuda laut tidak mempunyai gigi sehingga mangsa ditelan langsung (Elfahry, 2009). Kemampuan daya cerna kuda laut sangat cepat, meskipun kuda laut mempunyai saluran pencernaan bergulung-gulung (Asmanelli dan Ikhsan, 2000).
4. Habitat dan Penyebaran
Kuda laut dapat dijumpai hampir di seluruh perairan dunia, mulai dari kawasan beriklim tropis hingga beriklim sedang. Habitat kuda laut terutama di sepanjang pesisir pantai, tepian laut, teluk-teluk dangkal, mendiami tempat-tempat yang banyak terdapat di terumbu karang, hutan mangrove dan padang lamun. Dari sejumlah spesies anggota kuda laut, Hippocampus kuda memiliki distribusi paling luas, terutama di sepanjang perairan tropis Indo-Pasifik. Wilayah persebaran kuda lau ke barat hingga Selat Inggris, ke timur hingga Kepulauan Hawaii, ke utara hingga Laut Jepang, hingga ke selatan hingga pantai Australia (Adip, 2009).
Berdasarkan survey dari Lourie et al. (2001), sembilan jenis kuda laut dapat ditemukan secara luas di Indonesia:
• Hippocampus pontohi
• Hippocampus barbouri
• Hippocampus bargibanti
• Hippocampus comes
• Hippocampus histrix
• Hippocampus kelloggi
• Hippocampus kuda
• Hippocampus spinosissimus
• Hippocampus trimaculatus
Populasi kuda laut terbesar terdapat di perairan Indo-Pasifik. Kuda laut ditemukan di Australia sebanyak 10 spesies. Asia Tenggara ditemukan 7 spesies, Jepang ditemukan 7 spesies, sebelah barat laut Amerika (Pasifik Selatan) 1 spesies, sedangkan disebelah barat Atlantik, Karibia ditemukan 3 spesies hidup disebelah selatan laut Amerika. Atlantik Selatan juga mempunyai beberapa spesies dimana tiga spesies terdapat di Afrika barat. Kuda laut umumnya hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 20 meter, beberapa spesies ditemukan pada kedalaman lebih dari 50 meter (Lourie, et al 1993). H.whitei, H. borbouniensis, H. erectus, H. guttulatus, dan H. zosterae hidup di perairan hangat dan daerah tropis diantara hamparan padang lamun atau rumput laut. Kuda laut juga hidup di dasar laut yang ditumbuhi bunga karang lunak (H. subelong) dijumpai pula diantara karang di daerah tropis (H. comes).
C. Peranan Kuda Laut
Kuda laut amat cantik serta unik bentuk tubuhnya, maka tidak jarang jika kuda laut memiliki peranan sebagai salah satu ikan hias dalam aquarium. Peranan kuda laut juga sangat banyak dibalik keunikan dan kecantikan tubuhnya, misalnya masyarakat China telah ribuan tahun menjadikan kuda laut sebagai obat alternatif, antara lain:
• untuk mengatasi melemahnya organ ginjal dan hati,
• untuk memperlancar peredaran darah,
• mengobati asma,
• menambah vitalitas seksual atau juga disfungsi ereksi,
• bisa juga menambah jumlah sperma yang sedikit.
Banyak ahli kesehatan juga merekomendasikan kuda laut untuk:
• mengatasi gangguan insomnia,
• menguatkan rahim,
• mengatasi rasa nyeri di daerah lutut,
• serta mengatasi ancaman gangren.
IV. Kesimpulan
Klasifikasi ilmiah kuda laut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Gasterosteiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus spp
Tubuh kuda laut bersegmen dan mempunyai satu sirip punggung, insang membuka sangat kecil dan dilengkapi sepasang sirip dada (pectoralfin), satu sirip dubur (analfin) sangat kecil, sirip perut, sirip ekor tidak ada. Meskipun termasuk dalam jenis ikan, cara berenang kuda laut berbeda dengan cara berenang ikan pada umumnya. Kuda laut berenang dalam posisi tubuh tegak dan mereka dapat menganggukkan kepala ke atas dan kebawah. Mata kuda laut sangat unik. Ia bisa melihat dua buah benda berbeda pada waktu bersamaan.
Kepala kuda laut berbentuk segitiga menyerupai kuda, mulutnya panjang dan runcing membentuk sudut 90˚ dari badannya, ekornya panjang meruncing di bagian ujung. Ekornya berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya pada suatu substrat seperti rumput laut, terumbu karang, atau benda-benda lain yang ada di lingkungan. Ukuran kuda laut berkisar antara 1,5 inci hingga 14 inci. Bagian tubuh kuda laut tertutup oleh keping tulang berlapis-lapis menyerupai perisai. Ukuran kuda laut jantan lebih besar daripada betina. Selain itu, kuda laut jantan memiliki kantung telur di bagian bawah perut. Fungsi kantung telur itu adalah untuk mengasuh anak-anaknya.
Kuda laut terkenal dengan kemampuan kamuflasenya sangat hebat, yaitu dengan cara mengubah corak tubuhnya sesuai dengan lingkungan sekitarnya atau menumbuhkan filamen-filamen di sekujur tubuhnya sehingga tampak menyerupai tumbuhan laut. Kamuflase dilakukan dalam rangka menghindari predator, mengelabui mangsa selama aktivitas perkawinan.
Kuda laut merupakan hewan bereproduksi secara eksternal. Pada musim reproduksi, kuda laut jantan dengan kantung telur kosong siap melakukan pemijahan. Biasanya kuda laut akan mencari tempat di dekat rerumputan untuk melakukan perkawinan.
Kuda laut adalah pemangsa pasif yaitu menunggu makanan lewat dan menyerang mangsanya dengan cara menghisap ke moncongnya. Habitat dari hewan kuda laut kebanyakan di temukan di laut.
Peranan Kuda laut bagi kehidupan manusia:
1. Sebagai hewan hias
2. untuk mengatasi melemahnya organ ginjal dan hati,
3. untuk memperlancar peredaran darah,
4. mengobati asma,
5. menambah vitalitas seksual atau juga disfungsi ereksi,
6. bisa juga menambah jumlah sperma yang sedikit.
7. mengatasi gangguan insomnia,
8. menguatkan rahim,
9. mengatasi rasa nyeri di daerah lutut,
10. serta mengatasi ancaman gangren.
V. Penutup
Demikianlah makalah ini Penulis susun, apabila terdapat kesalahan baik penulisan maupun penyampaian, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat Penulis harapkan untuk pertimbangan dalam penyusunan makalah selanjutnya dikemudian hari, karena Penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi Penulis khususnya. Amiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara
Kimball John W. Dkk. 2006. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Saanin, H. 1988. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1. IKAPI: Penerbit Binacipta.
Sukiya, 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: JICA dan Biologi FMIPA UNY.
http://fpik.bunghatta.ac.id/berita-print-news-8.html
http://www.dkp.go.id/content.php?c:1301
http://www.kmb-sulsel.net/index.php?view=article&id=403%3Akuda-laut&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content
http://www.laksmindraf.staff.ugm.ac.id/wordpress/?tag=kuda-laut
[1] Kimball John W. Dkk. Biologi Edisi Kelima Jilid 3, (Jakarta:Erlangga, 2006) hlm.919.
[2] Sukiya. Biologi Vertebrata, (Yogyakarta: JICA dan Biologi FMIPA UNY, 2001) hlm.1.
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_Laut
[4] Campbell, dkk. Biologi Edisi Kelima-Jilid 2 (Jakarta:Erlangga,2003) hlm.256
[5] Opcit.,
[6]https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS_ApJ7nbwCcKTksLBycIuDnBgXVUliiyCpfV4uIpfmnxqOTzyERJ_8t3EYfuRrmwOdhf8eUckRmS_Nld3DVt7RpkctZlVPmKfIJESiWTtrj8wvXI_jKA22V_LP5RLhDtQ3XYvQTpqm7s/s320/SEAHOSRE.bmp
[7]http://www.kmb-sulsel.net/index.php?view=article&id=403%3Akuda-laut&tmpl=c omponent& print=1&page=&option=com_content
[8] http://www.dkp.go.id/content.php?c:1301
[9] http://laksmindraff..staff.ugm.ac.id/wordpress/?tag=kuda-laut
[10] Op.Cit.,
[11] Effendi, M.I. Biologi Perikanan. (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara, 2002) hlm.122.
[12]Op.Cit.,http://www.kmb-sulsel.net/index.php?view=article&id=403%3Akuda-laut&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content
[13]Ibid.
No comments: