5 Hewan Paling Fenomenal di Dunia
5 Hewan Paling Fenomenal di Dunia - Tidak hanya manusia saja yang bisa menajadi suatu yang tekenal dan fenomenal, hewan pun mampu bersaing dengan manusia untuk urusan fenomenal. Hewan fenomenal di bawah ini tidak seperti artis-artis dunia yang terkenal karena ketampanan dan kecantikan mereka, tapi karena keajaiban dan keunikan hewan di bawah inilah yang membuat manusia terheran-heran. Ajaib memang jika kita melihat seekor hewan bisa hidup tanpa kepala, persahabatan antara kuda nil dan kura-kura dan masih banyak lagi. Penasaran ?. Simak 5 hewan paling fenomenal di dunia di bawah ini.
1. Mike, The Headless Chicken
Mike ( April 1945– Maret 1947) si ayam tanpa kepala berjenis Wyandotte rooster yang dapat hidup selama 18 bulan setelah kepal nya dipotong. Setelah banyak orang yg mengiranya sebagai hoax atau semacan tipuan belaka, ayam itu dibawa oleh pemiliknya ke University of Utah di Salt Lake City untuk menetapkan keaslian nya. Pada hari Senin 10 September 1945, petani Lloyd Olsen asal Fruita, Colorado, hendak mempersiapkan makan malam dan istriny menyuruh mencari seekor ayam. Saat itulah Olsen memenggal leher ayam tua berumur 5 setengah bulan bernama Mike. Kampak yang digunakan Olsen luput dari pembuluh darah leher, sehingga kebanyakan dari pembuluh otak tetap utuh. Mike sempat masuk dalam puluhan surat kabar dan majalah, termasuk Time dan Life Magazines. Olsen mendapat kritik dari beberapa pihak karena memelihara ayam tanpa kepala hidup-hidup. Di Maret 1947, pada suatu motel di Phoenix, Mike tiba-tiba seperti tercekik dan mati di pertengahan malam itu.
2. Tillamook Cheddar, The Succes Dog
Tillamook Cheddar adalah anjing Terrier yang berasal dari Brooklyn, New York. Dia dikenal dunia sebagai seniman yang paling unggul dari dunia fauna, dia telah pentas di 17 pameran tunggal di Amerika dan Eropa. Saat ini Tillie berusia 8 tahun. Pada bulan Juli 2005 sang seniman (Anjing Tillamook) melahirkan 6 anak anjing sehat. Salah satu anaknya, Doc Chinook Strongheart Cheddar tampak akan meneruskan jejak langkah induknya. Tapi sampai saat ini Doc belum melukis, dia hanya di pakai untuk model pemotretan oleh berbagai majalah.
3. Alex, The Parrot
Alex adalah burung beo berwarna abu-abu yang menjadi subjek eksperimen oleh pengamat psikologi hewan, Irene Pepperberg. Pepperberg membeli Alex di suatu toko hewan ketika alex berumur 1 tahun. Nama Alex sendiri sebenarnya adalah singkatan dari Avian Learning EXperiment. Sebelum Pepperberg bekerja dengan Alex, dunia meyakini bahwa burung bukanlah makhluk yg cerdas. Tetapi Alex berhasil menunjukkan pada dunia bahwa burung dapat memahami komunikasi dengan manusia dan memahami pesan dasarnya. Pepperberg menyatakan bahwa tingkat kepintaran Alex setingkat dengan lumba-lumba ataupun kera. Dia juga menyatakan bahwa Alex memiliki kepintaran yang setara dengan manusia berumur 5 tahun walaupun belum bisa mencapai potensi maksimalnya karena dia mati dalam umur yang masih muda. Dia bisa menghitung, membedakan warna, dan menunjukkan ekspresi-ekspresi frustasi layaknya manusia.4. Owen & Mzee
Sehari setelah tragedi tsunami dahsyat Samudera Hindia yang menghantam Asia dan Afrika, puluhan penduduk desa tepi Pantai Malindi di Kenya melakukan tugas penyelamatan bersama aparat setempat. Saat itulah Owen Saubion melihat pemandangan ganjil di kawasan tepi pantai itu. Ia melihat bayi kudanil (masih berusia 1 tahun) itu meringkuk lemas di batu karang. Kondisinya sangat memprihatinkan. Ia terjebak di antara gelombang laut dan derasnya air dari muara Sabaki River. Setelah dirawat, kudanil itu pun akhirnya dibawa ke Haller Park dekat Mombasa, sebuah taman suaka margasatwa milik Lafarge Eco Systems’ East African firm, pada 27 Desember 2006. Di suaka margasatwa Haller Park inilah kisah persahabatan unik itu dimulai.Bayi kudanil itu kemudian diberinama Owen, sesuai nama penyelamatnya. Petugas suaka menempatkannya di sebuah area untuk hewan-hewan kecil. Langkah ini dilakukan karena Owen masih tergolong bayi. Sementara jika di tempatkan di lokasi untuk kawanan kudanil, petugas perawat hewan khawatir ia akan diserangan kawanan kudanil lain yang tak mengenalnya. Karena kudanil sangat agresif dan fanatik pada kawanannya, bila ada kudanil asing mereka bisa saja membunuhnya.Ketika Owen dilepas, ia masih bingung. Mungkin karena harus menempati lingkungan baru. Namun setelah ia merasa sedikit nyaman, Owen langsung menatap dan tertarik pada seekor kura-kura bernama Mzee. Mzee, adalah spesies kura-kura Aldabran usia 130 tahun seberat 700 pound (320 kg). Mzee yang dalam bahasa Swahili (Afrika) berarti “wise old man” (si tua bijaksana), merupakan penghuni lama area yang dilengkapi dengan kolam asri dan hutan buatan itu. Awalnya, Owen langsung beranjak mendekati Mzee. Namun Mzee sama sekali tak peduli padanya. Hari demi hari Owen selalu mengikuti Mzee ke mana pun ia pergi. Agaknya Owen berupaya mengambil hati Mzee. Seiring waktu dan kegigihan Owen mendekatinya, Mzee akhirnya menerima kehadiran kudanil muda itu.
Ikatan persahabatan mereka mengental bagai sebuah keluarga. Para perawat hewan di Haller Park bingung dengan tingkah dua hewan beda spesies ini. Mereka bagaikan induk dan anak dari satu spesies yang sama. Apa yang disantap Mzee juga disantap Owen, di mana Owen tidur di situ pasti ada Mazee. Mereka selalu bermain air di kolam bersama, makan bersama, tidur bersama dan berjalan-jalan keliling area taman bersam-sama pula. Setahun berlalu, namun kedua hewan beda spesies itu semakin lengket. Keduanya sudah tak terpisahkan lagi. Fenomena ini sungguh mengejutkan sejumlah besar ilmuwan. Bukannya saja karena peristiwa seperti ini belum pernah terjadi, tetapi di antara mereka juga sudah mengembangkan “bahasa” mereka sendiri sebagai sistem komunikasi di antara keduanya. Bahasa komunikasi lewat suara yang sama sekali belum pernah ditemukan dalam kelompok kudanil atau pun kura-kura Adabran.
Keunikan persahabatan Owen dan Mzee pun menjadi fenomena mendunia. Tingkah laku dan komunikasi unik yang sama sekali baru dalam dunia zoologi (ilmu tentang hewan) itu membuat mereka menjadi selebriti dunia. Sejumlah besar foto, film, dokumentasi, bahkan buku dan artikel mengulas soal teka-teki besar persahabatan mereka. Owen dan Mzee pun menjadi lambang cinta dan persahabatan yang tidak mengenal batasan fisik, ras, spesies dan teritori.
5. Tama-chan, The Stationmaster's Cat
Seekor kucing bisa mendatangkan pemasukan sampai 1,1 miliar yen atau sekitar Rp 99,18 miliar per tahun bagi sebuah kota kecil di Jepang. Tama adalah seekor kucing tortoiseshell yang lahir dan hidup di stasiun kereta api Kishi yang tanpa kepala stasiun di Kinokawa, Provinsi Kishigawa, Jepang barat. Karena itu, Tama menjadi kepala stasiun lengkap dengan seragam perusahaan kereta api Wakayama. Kucing ini tampil di stasiun saat kereta api lewat, berjalan seperti layaknya kepala stasiun kereta api. Aksi Tama ini mengundang ribuan turis datang ke sana.Menurut Katsuhiro Miyamoto, profesor pada Sekolah Akuntansi Universitas Kansai, yang meneliti dampak berganda dari kehadiran Tama sebagai kepala stasiun, menyebutkan ada dana sebesar 1,1 miliar yen pada tahun 2007 yang mengalir ke Kinokawa. Selain mereka yang datang, suvenir buku bergambar Tama dan berbagai barang lain bergambar kucing kepala stasiun ini juga laku. Tama juga disorot oleh stasiun televisi dan publisitas lainnya. Atas semua perannya ini, Tama hanya mendapat gaji dan bonus berupa makanan kucing yang hanya bernilai 280 juta yen per tahun. Padahal, Tama lahir dari seekor kucing yang tersesat, yang dibawa ke stasiun oleh tukang bersih-bersih dan kemudian dipelihara Toshiko Koyama, yang punya toko di dekat situ. Kondisi menguntungkan ini sudah berlangsung sejak Januari 2007.
No comments: